Engkau tetesan embun
helaian udara kesejukan
lalu engkau pula kehangatan mentari.
Namun mengapa takdirku awan hitam
suram tak menentu
menutupi setiap cahaya
dan aku pun hitam.
Ketika bahagia aku ingin
mengapa kesalahan menghalangi,
ketika kebaikanku kejar
mengapa gersang membakar.
Lalu langkahku hitam
tanpa warna
apa lagi putih
itu ketiadaan.
Bencana hidup mengguncang
samudra naik kepermukaan
dataran tanah masuk keliang
pepohonan tanpa persinggahan.
Begitulah kesejukan hilang
tanpa udara bersih
tanpa air jernih
tanpa dangau persinggahan untuk cintaku.
Jakarta, 24 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar